Kamis, 06 September 2012

Bumbu Ini Bikin Makanan Enak dan Tubuh Langsing

img       Tanpa Anda sadari, aneka bumbu masakan yang ada dapur mengandung sedikit kalori. Tak perlu khawatir jika dikonsumsi setiap hari. Seperti kayu manis, ketumbar dan minyak zaitun dapat membantu menurunkan berat badan. Bumbu dapur selain memperlezat makanan ternyata juga berkalori rendah. Karenanya bumbu-bumbu ini berfungsi ganda untuk menjaga tubuh tetap ramping dan membuat makanan enak.
1. Kayu manis 
img Rasanya manis dengan aroma wangi. Kayu manis sering digunakan untuk bumbu kari setup buah atau semur. Kayu manis ada yang berupa kulit kayu dan bubuk. Per 100 gr mengandung 261 kalori. Pemanis alami ini juga dapat dicampurkan pada secangkir teh.
 
2. Ketumbar 
imgBumbu yang satu ini sarat vitamin dan mineral. Rasanya gurih dan aromanya harum membuat masakan jadi sedap. Dalam 100 gr ketumbar mengandung 418 kalori. 
 
3. Minyak zaitun 
 img
Minyak nabati ini bisa membantu Anda menurunkan berat badan. Kalorinya yang rendah membuat aneka makanan yang ditumis, atau digoreng dengan minyak ini tetap menyehatkan.
 
4. Jahe 
 img
Jahe memiliki rasa yang pedas dan menghangatkan. Bumbu rendah kalori ini juga bisa dicampur ke dalam minuman untuk menghangatkan tubuh. Rasa hangat dan panasnya mengurangi aroma anyir dan membuat makanan jadi lebih sedap.

5. Bawang
 img
 Jenisnya beragam, ada bawang putih, merah dan bombay. Bumbu ini punya peran penting dalam masakan sebagai penguat rasa. Dalam 100 gr bawang merah hanya mengandung 46 kalori, sedangkan pada bawang putih 112 kalori

Tekanan Darah Tinggi? Rajinlah Makan Pepaya!

Tekanan Darah Tinggi? Rajinlah Makan Pepaya!

Gemar makan pepaya? Kabar baik buat yang hobi mengkonsumsi buah merah segar ini. Nutrisinya baik bagi tubuh, terlebih bagi penderita darah tinggi. Pasalnya, makan pepaya teratur bisa menurunkan tekanan darah.

Rupanya, kandungan potassium di dalam buah pepaya yang membuatnya bisa menurunkan tekanan darah. Buah tropis yang banyak dihasilkan di berbagai negara ini memang mengandung potassium tinggi. Bahkan, ada yang menjuluki buah ini sebagai buah yang paling baik dikonsumsi saat diet karena kaya nutrisi.

AHA atau American Heart Association menganjurkan untuk konsumsi makanan tinggi potassium setiap harinya agar tekanan darah terkontrol. Satu buah pepaya mengandung kurang lebih 16 persen kebutuhan tubuh akan potassium.

Menurut AHA, rata-rata orang Amerika mengkonsumsi terlalu banyak sodium dari makanan olahan, makanan kaleng, dan makanan cepat saji. Terlalu banyak kandungan sodium dalam tubuh bisa mengakibatkan tingginya tekanan darah, dan bisa meningkatkan resiko serangan jantung serta stroke.

Menambah asupan pepaya setiap harinya mampu mempertahankan tekanan darah di angka normal. Karenanya, resiko terkena penyakit kronispun bisa diminimalisir. Dibandingkan dengan buah melon dan tomat, buah pepaya mengandung potassium tertinggi yaitu 781mg per buahnya.

Untuk meningkatkan konsumsi pepaya setiap hari, bisa dengan cara menambahkan pada salad atau es buah. Buah yang manis segar ini juga enak diolah menjadi jus ataupun milkshake. Pepaya juga dengan mudah ditemui di toko buah hampir sepanjang tahun, harganyapun tergolong murah dengan nutrisinya yang kaya.

Hati-hati! Junk Food Juga Bisa Merusak Otak!

Hati-hati! Junk Food Juga Bisa Merusak Otak!Reputasi junk food memang terkenal buruk. Selain dapat membuat obesitas, junk food juga dapat merusak otak. Menurut penelitian junk food juga dapat memberikan demensia melalui tekanan darah tinggi dan kolesterol yang menghambat aliran darah ke otak.

Beberapa penelitian sebelumnya tentang hormon insulin dilakukan pada hewan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penyakit Alzaimer bisa menjadi diabetes otak. Tetapi teori terbaru juga menunjukkan bahwa makanan yang mengandung tinggi lemak dan manis dapat merusak otak dengan mengganggu pasokan insulin.

Dalam diabetes tipe 2, junk food membuat sel-sel dalam tubuh menjadi resisten terhadap insulin yang dibutuhkan unruk mengubah gula menjadi energi. New Scientist melaporkan bahwa insulin dibutuhkan untuk mengatur zat kimia otak yang penting untuk daya ingat dan belajar. Juga untuk memperkuat hubungan antara sel-sel otak, dan menjaga aliran darah dan oksigen ke otak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hal serupa juga terjadi pada penderita Alzaimer dengan diet buruk yang menghambat sel-sel otak menanggapi insulin dengan baik. Pada penelitian yang menggunakan tikus tersebut, terlihat bahwa tikus menderita Alzaimer setelah diberi senyawa yang mencegah otak mereka memakai insulin.

Suzanne de la monte, penulis studi dari Brown University, Amerika Serikat, mengatakan “tikus-tikus tersebut tidak dapat belajar atau mengingat. Ketika peneliti memberikan makanan berlemak dan manis pada pria dan wanita sehat selama sebulan, tingkat insulin dan amiloid beta meningkat”.

“Dengan tingkat diabetes melonjak, dimensia bisa mencapai proporsi epidemi.” tambahnya. Professor Clive Ballard, direktur riset dari Alzheimer`s Society`s mengatakan “satu dari tiga orang yang berumur di atas 65 tahun akan menyandang demensia. Penelitian ini memberi arah baru untuk pengembangan pengobatan”.

5 Hal yang Harus Diketahui Tentang Kanker Paru

Kanker paru seringkali disebut sebagai kanker yang tak terlihat sehingga sebagian besar ditemukan dalam stadium lanjut. Berikut ini 5 hal yang harus diketahui mengenai kanker paru.

Salah satu alasan yang membuat kanker paru mematikan adalah gejalanya yang seringkali tidak terlihat atau tidak disadari hingga penyakit ini menyebar ke organ lainnya di tubuh dan masuk ke stadium lanjut.

Berikut ini 5 hal yang harus atau sebaiknya diketahui oleh masyarakat mengenai kanker paru, seperti dikutip dari awomanshealth, Kamis (26/4/2012) yaitu:

1. Merokok adalah penyebab nomor 1 kanker paru, tapi bukan satu-satunya penyebab
Faktor risiko terbesar untuk kanker paru berhubungan dengan merokok, sedangkan penyebab umum kedua dari kanker paru adalah radon (gas alami yang tidak berwarna dan tidak berbau).

Sementara itu faktor risiko lainnya termasuk jaringan parut di paru akibat tuberkulosis atau lingkungan yang penuh dengan asap rokok, polusi udara, radiasi, asbes dan beberapa bahan kimia.

2. Sekitar 1 dari 5 perempuan dengan kanker paru tidak pernah merokok, dibanding dengan 1 dari 10 laki-laki
Perempuan yang tidak pernah merokok lebih berisiko terkena kanker paru dibanding laki-laki yang tidak merokok. Penyebab paling sering perempuan terkena kanker paru akibat terpapar oleh asap rokok (perokok pasif).

Beberapa bukti menunjukkan perempuan lebih sensitif terhadap efek bahan kimia dari rokok dibanding laki-laki, serta sekitar 9 persen perempuan didiagnosa menderita kanker paru lebih muda dari laki-laki.

3. Gejala kanker paru berbeda antara laki-laki dan perempuan
Hal ini karena jenis kanker paru pada laki-laki dan perempuan cenderung berbeda. Laki-laki lebih sering didiagnosis dengan karsinoma sel skuamosa yang cenderung tumbuh di dekat saluran udara utama. Gejalanya dahak darah kebiruan, batuk kronis dan infeksi.

Sedangkan perempuan lebih sering didiagnosis dengan adenocarcinoma yang tumbuh di daerah luar dari paru yang tidak menunjukkan banyak gejala, serta sedikit yang kena karsinoma sel skuamosa yang bergejala seperti sesak napas, sakit punggung, bahu dan kelelahan.

4. Tak ada cara mudah skrining kanker paru
Saat ini tidak ada pilihan yang lebih baik untuk melakukan skrining kanker paru selain dengan pemeriksaan CT scan yang harganya terbilang mahal. Meski begitu para peneliti kini tengah mempelajari tes lain termasuk rontgen dada dan CTS spiral.

5. Risiko kanker paru bisa dikurangi
Salah satu cara mengurangi risiko adalah berhenti merokok dan mengurangi paparan asap rokok, mengonsumsi pola makan yang seimbang dan olahraga serta jika masih atau pernah merokok di masa lalu sebaiknya pertimbangkan berbicara dengan dokter agar segera dilakukan skrining. Hal ini karena kanker paru tergolong jenis kanker yang bisa diobati jika dideteksi lebih dini.

Susu Kedelai Tidak Dianjurkan Saat Hamil Anak Perempuan??

Meski sebenarnya banyak gizinya, susu kedelai tidak dianjurkan pada beberapa kondisi misalnya saat hamil. Menurut penelitian terbaru, susu kedelai bisa bikin keturunan jadi mandul jika diminum pada saat sedang hamil anak perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wendy N Jefferson dari National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) ini menunjukkan bahwa paparan berbagai senyawa mirip esterogen semasa hamil bisa mengurangi kesuburan anak perempuan. Bukan ibu hamilnya yang mandul, melainkan anaknya jika ternyata hamil anak perempuan.

Salah satu sumber senyawa mirip esterogen yang banyak ditemukan sehari-hari adalah tanaman kedelai, sehingga diyakini susu kedelai tidak baik diminum saat hamil anak perempuan. Jika dugaan ini benar, maka hal ini dapat menjawab pertanyaan tentang ketidaksuburan yang tidak diketahui sebabnya.

Paparan senyawa mirip esterogen semasa dalam kandungan ini bisa mempengaruhi kesehatan reproduksi jangka panjang. Efeknya antara lain adalah kegagalan pembuahan dan kalaupuan berhasil dibuahi, embrionya cenderung lebih sulit menempel di rahim.

Menurut Jefferson, efek ini muncul karena senyawa mirip esterogen tersebut membuat sistem kekebalan tubuh di organ reproduksi perempuan terganggu. Sistem yang disebut mucosal immune response ini menciptakan lingkungan yang kurang mendukung terjadinya pembuahan dan kehamilan.

Sayangnya hasil penelitian ini baru dibuktikan pada tikus, bukan pada manusia sehingga masih butuh penelitian lebih lanjut. Meski sistem reproduksi tikus dan manusia dianggap sama, masih terbuka peluang bahwa hasilnya mungkin sedikit berbeda ketika diujikan pada manusia.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Biology of Reproduction's Papers-in-Press. Seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Sabtu (5/3/2012), Jefferson dalam kesimpulannya menganjurkan agar konsumsi susu berbahan kedelai dikurangi jika sedang hamil anak perempuan.

Minggu, 02 September 2012

Macam macam alat kontrasepsi dan Efek sampingnya

Kontrasepsi memang bukan barang aneh. Tapi sudah tahukah Anda plus-minusnya? Nah, dengan mengenalnya secara lebih baik, Anda tak perlu bingung lagi untuk memilih.

Hampir semua pasangan suami-istri memerlukan perencanaan kehamilan dan sekaligus membatasi jumlah anak. Karena itu, kontrasepsi dibutuhkan. Alasan penggunaan kontrasepsi bisa macam-macam, dari menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menyetop kehamilan.

Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar. Yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap.

KONTRASEPSI MEKANIK

Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung. Maksudnya, kontrasepsi ini mencegah bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim. Nah, ada beberapa kontrasepsi yang termasuk dalam golongan mekanik ini, yaitu kondom dan diafragma.

* Kondom

Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen. Kini kondom terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti kantong.

Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Terlebih jika dipakai bersama dengan spermisida (pembunuh sperma). “Rata-rata, dari 100 pasangan dalam setahun, sekitar 4 wanita yang hamil,” ujar Andon.

Kondom harganya murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa mencegah penularan penyakit kelamin. Tapi tidak selalu cocok terutama jika pemakai alergi terhadap bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran, karena bahannya yang sangat tipis.

* Diafragma
Kontrasepsi wanita yang mirip kondom. Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim.

Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.

* Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload).

“Yang paling terkenal Copper T dan Multiload. Kontrasepsi tersebut jadi pilihan karena kenyamanannya. Modifikasi terbaru Copper T, yaitu Nova T memiliki keunggulan lebih lembut,” jelas Andon.

Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika Anda ingin hamil lagi.

Sebagai pemakai, Anda bisa memeriksa sendiri keberadaan alat tersebut. Caranya dengan meraba benang alat kontrasepsi tersebut di mulut rahim. Seandainya Anda sudah melakukan pemasangan kontrasepsi ini, jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2 bulan sekali, atau setiap enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan. Pemakaian kontrasepsi tanpa bahan aktif Copper dapat terus berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif Copper, 3-4 tahun harus diganti.

Yang perlu diingat kontrasepsi ini bukanlah alat yang sempurna. Masih ada kekurangannya. Misalnya, kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan, atau infeksi. Mungkin akibat benang dari alat tersebut dapat merangsang mulut rahim sehingga menimbulkan perlukaan dan menganggu dalam hubungan seksual. Pemakaian AKDR juga membuat kita lebih mudah keputihan. Karena itu sebaiknya kontrasepsi ini tidak digunakan jika terdapat infeksi genetalia atau perdarahan yang tidak jelas.

Keuntungannya, alat ini bisa dipakai untuk jangka panjang. Bahkan sama sekali tidak menganggu produksi ASI, jika ibu sedang mmenyusui. “Efektifitas pemakaian kontrasepsi dalam rahim ini, dari seribu pasangan, sekitar 5 wanita dalam setahun akan hamil,” ujar Andon.

* Spermisida

Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma. “Dari 100 pasangan dalam setahun, ada 3 wanita yang hamil. Tapi karena sering salah dalam pemakaiannya, bisa terjadi sampai 30 kehamilan,” jelas Andon.

Diakuinya, banyak wanita merasa tak nyaman menggunakan spermasida. “Keluhannya, tidak enak dan timbul alergi,” ujar Andon kemudian. Selain itu, pemakaiannya agak merepotkan menjelang hubungan senggama. Pasangan pun sulit mencapai kepuasan.

KONTRASEPSI HORMONAL

Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk.

Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.

* Pil atau Tablet

Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang hanya mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara hormon progesteron dan estrogen.

Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).

Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen rendah.

Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang berkomponen progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama kering.

Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan ginjal. Kecuali itu, kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI.

Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.

Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen. Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.

* Suntikan

Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem).

Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.

Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.

* Susuk

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau Levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.

Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.

Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur, bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan kegemukan, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala lainnya dalam pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu pemasangannya terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.

KONTRASEPSI MANTAP

Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.

Dedeh Kurniasih.

Aman Bagi Pasangan Baru Menikah

Jika Anda baru menikah dan belum berencana punya anak, gunakanlah metoda sederhana untuk menunda kehamilan. Apa saja itu?

1. KONDOM

Sperma yang keluar akan ditampung oleh kondom, sehingga tidak masuk ke dalam rahim. Kegagalan mungkin saja terjadi. Biasanya karena kondom robek dan bocor.

2. PANTANG BERKALA

Untuk menghindari kehamilan, lakukan hubungan intim hanya saat istri dalam masa tidak subur. Ini bisa dilakukan pada pasangan yang istrinya mempunyai siklus haid teratur. Kerjasama dan pengertian suami sangat dibutuhkan dalam hal ini.

3. SENGGAMA TERPUTUS

Cara ini mungkin bisa menghindari kehamilan. Konsepnya, mengeluarkan alat kelamin menjelang terjadinya ejakulasi. Cuma, cara ini memang agak mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Tingkat kegagalannya cukup tinggi, 30-35 persen. “Ini lebih disebabkan suami tidak bisa mengontrol, sehingga sperma tetap saja tertumpah di mulut rahim dan tetap bisa masuk vagina.” ujar Andon.

Dedeh

Cocok Tidaknya Pilihan Anda

Tidak cocok jika:

* Berat Tubuh Tidak Stabil

Apakah tubuh menjadi kurus atau gemuk? Seandainya ada perubahan dari berat normal, kemungkinan kontrasepsi yang digunakan tidak cocok.

* Timbul Rasa Nyeri
Bisa nyeri kepala, nyeri otot, kram perut.

* Perubahan Emosi
Muncul gelisah, depresi, dan sebagainya.

* Pola Haid Terganggu
Darah keluar menjadi banyak sekali, sedikit, atau tidak ada sama sekali.

* Timbul Keputihan
Jumlahnya banyak dan mengandung bau.

PERAWATAN PASCA PERSALINAN ( MASA NIFAS)

PERAWATAN PASCA PERSALINAN ( MASA NIFAS)

DEFINISI MASA NIFAS
  • Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawirohardjo, 2005)
  • Masa nifas (Puerperium) adalah periode dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan sebelum hamil, lama masa nifas ini 6 minggu. (Farrer, 1999)

PEMBAGIAN NIFAS
  • Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium Dini
  • Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 minggu.
2. Puerperium Intermedial
  • Yaitu kepulihan yang menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
  • Yaitu waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, atau bulanan atau tahunan.

PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
  1. Perubahan fisik
  2. Involusi uterus dan pengeluaran lokia
  3. Perubahan sistem tubuh lainnya
  4. Perubahan psikis. (Sarwono, 2002)

4) PERAWATAN PASCA PERSALINAN

1. Mobilisasi
  • Ibu yang melahirkan secara normal bisa melakukan mobilisasi 6 jam setelah melahirkan dan 8 jam setelah melahirka untuk ibu yang menjalani operasi cesar kemudian ibu dianjurkan melaksanakan mobilisasi dini, misalnya ibu miring kanan-miring kiri, turun dari tempat tidur, belajar duduk, dan berjalan sendiri. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke3 diperbolehkan jalan-jalan, dan hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi ini bertujuan agar sirkulasi darah menjadi lancar, menghindari pembengkakan, dan mencegah trombosis.
  • Mobilisasi diatas mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. (Sinsin, 2009).
  • Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Setelah proses persalinan yang normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus, atau kateter dan tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu satu atau 2 jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, ia harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi ranjang. Pasien sectio caesarea biasanya mulai mobilisasi dini 24–36 jam sesudah melahirkan. Jika pasien menjalani analgesia epidural, pemulihan sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum mobilisasi dimulai. (Farrer,1999)
2. Diet
  • Diet untuk ibu masa nifas harus banyak mengandung protein, besi, serta kalsium, vitamin serta serat makanan dan harus mencakup 3000 ml cairan yang 1000 ml diantaranya berupa susu. Asupan kalori per hari harus di tingkatkan sampai 2700 kalori (11.500 kilojoule). (Farrer,1999)
3. Miksi
  • Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh wanita sulit kencing. Sebaiknya dilakukan kateterisasi.
  • Stres inkontinensia dapat terjadi hanya sementara dan akan menghilang setelah tonus otot dasar panggulnya membaik.
4. Defikasi
  • Buang air besar harus dilakukan 3–4 kali setelah melahirkan
5. Perawatan payudara
  • Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk mengurus bayinya.
Perubahan-perubahan terjadi pada kelenjar payudara :
  1. Poliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
  2. Keluar cairan susu jolog dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning-putih susu.
  3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
  4. Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang, maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
6. Cuti hamil dan bersalin
  • Menurut undang-undang bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah bersalin.
7. Pemeriksaan pasca persalinan
  • Pemeriksaan post natal antara lain meliputi :
  1. Pemeriksaan umum : TTV, keluhan dan sebagainya.
  2. Keadaan umum : kesadaran, selera makan dan lain-lain
  3. Payudara, ASI, putting susu
  4. Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum
  5. Sekret yang keluar misalnya lokia, flour albus
  6. Keadaan alat-alat kandungan
8. Nasehat untuk ibu post natal
  1. Sebaiknya bayi segera disusui
  2. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk mengatur jarak kelahiran berikutnya
  3. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi. (Mochtar, 1998)

5) TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS 

  1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi. Melakukan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
  2. Memberikan pedidikan kesehatan tentang kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
  3. Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Mochtar, 1998).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.
  2. Alimul, H. A, dan Musrifatul, U. (2004), Buku Saku Pratikan Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC.
  3. Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta.
  4. Cambridge, C. L. (1998) Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan System Reproduksi, Jakarta: EGC.
  5. Desiyati, D. (2008) Fisiologi Nifas, from Http://we-littlefairy. blogspot.com
  6. Fizari, S. (2009) Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas, From Http://sekuracity/blogspot.com
  7. Hincliff, S. (1999) Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC.
  8. Ibrahim, C.S. (1996) Perawatan Kebidanan, Jakarta: Bhratara.
  9. Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.
  10. Mochtar, R. (1998) Sinopsis Obstetric, Jakarta: EGC.
  11. Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
  12. Nursalam, (2003) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
  13. Nursalam, dan Pariani, S. (2001) Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV, Info Medika.
  14. Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
  15. ___________, (2002) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
  16. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001) Post Partum, Jakarta: MNH
  17. Ramali, A. (2003) Kamus Kedokteran, Jakarta: Djambatan.
  18. Rambey, R. (2008) Tetap Sehat Setelah Bersalin, from Http:// nursingwear/wordpress.
  19. Roper, N. (2002) Prinsip-Prinsip Keperawatan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
  20. Sinsin, L. (2009). Masa Kehamilan dan Persalinan. PT. Elex Media Komputindo, from Http:// www.elexmedia.co.id, 118-119.

KONSEP DASAR MASA NIFAS

Definisi Masa Nifas
       Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
       Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
       Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011).
       Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2009).
2.    Tahapan Masa Nifas
1)    Puerperium dini: Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2)    Puerperium intermedial: Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3)    Remote puerperium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
(Ambarwati, 2010).
          Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1)    Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.
2)    Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3)    Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
(Saleha, 2009).
3.    Program dan Kebijakan Teknis
       Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL, untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.
Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal
Kunjungan
Waktu
Asuhan
I
6-8 jam PP
-       Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
-       Pemantauan keadaan umum ibu
-       Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attachment)
-       ASI eksklusif
II
6 hari PP
-       Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
-       Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal
-       Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
-       Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
-       Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
III
2 minggu PP
-       Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
-       Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal
-       Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
-       Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
-       Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
IV
6 minggu PP
-       Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami
-       Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi
(Ambarwati, 2010)
4.    Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a.    Perubahan sistem reproduksi
1)    Involusi Uterus
       Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2010).
       Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 2.2  Perubahan Uterus Masa Nifas
Involusi Uteri
TFU
Berat Uterus
Diameter Uterus
Palpasi cervix
Placenta lahir
Setinggi pusat
1000 gr
12,5 cm
Lembut/
lunak
7 hari
Pertengahan antara simpisis dan pusat
500 gr
7,5 cm
2 cm
14 hari
Tidak teraba
350 gr
5 cm
1 cm
6 minggu
Normal
60 gr
2,5 cm
Menyempit
(Ambarwati, 2010)
       Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara:
a)    Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
b)    Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba.
       Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage).
2)    Lochea
       Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
       Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
a)    Lochea Rubra/Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b)    Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c)    Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.
d)    Lochea Alba/Putih
Mengandung leukosit, sel desidua,  sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.
(Ambarwati, 2010).
3)    Endometrium
       Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. (Saleha, 2009).
4)    Serviks
       Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
       Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup (Ambarwati, 2010).
5)    Vulva dan Vagina
       Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4 (Ambarwati, 2010).
6)    Payudara (mamae)
       Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:
a)    Produksi susu
b)    Sekresi susu atau let down
       Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang  cukup lama (Saleha, 2009).
b.    Perubahan sistem pencernaan
       Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan  anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada  waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorrhoid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain (Ambarwati, 2010).
c.    Perubahan sistem perkemihan
       Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadang oedema dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual (normal ± 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Urine biasanya berlebihan (poliurine) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan (Ambarwati, 2010).
d.    Perubahan sistem muskuloskeletal
       Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjjang  alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan (Saleha, 2009).
e.    Perubahan sistem endokrin
       Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
1)    Oksitosin
       Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal (Saleha, 2009).
2)    Prolaktin
       Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi (Saleha, 2009).
3)    Hipotalamik Pituitary Ovarium
       Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu, dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama an ovulasi (Ambarwati, 2010).
4)    Estrogen dan progesteron
       Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Saleha, 2009).
f.     Perubahan tanda-tanda vital
       Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1)    Suhu
       Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 0C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 38 0C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 0C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009).
2)    Nadi dan pernapasan
       Nadi berkisar antara 60-80 denyutan  per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009).
3)    Tekanan darah
       Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).
g.    Perubahan sistem hematologi dan kardiovaskuler
       Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Akan tetapi, berbagai jenis kemungkinan infeksi harus dikesampingkan pada penemuan semacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang berubah-ubah. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka klien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2% tersebut kurang lebih sama dengan kehilangan 500 ml darah. Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml hilang selama masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu pertama postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas (Saleha, 2009).
5.    Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a.    Nutrisi dan cairan
       Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
       Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1)    Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2)    Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3)    Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4)    Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
5)    Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
(Saleha, 2009).
b.    Ambulasi
       Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
       Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
       Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:
1)    Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2)    Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3)    Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
4)    Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
       Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.
       Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Saleha, 2009).
c.    Eliminasi
1)    Buang Air Kecil
       Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
       Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum.
a)    Berkurangnya tekanan intraabdominal
b)    Otot-otot perut masih lemah
c)    Edema dan uretra
d)    Dinding kandung kemih kurang sensitif
(Saleha, 2009).
2)    Buang Air Besar
       Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha, 2009).
d.    Personal hygiene
       Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
       Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post partum adalah sebagai berikut:
1)    Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2)    Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3)    Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
4)    Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluannya.
5)    Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
(Saleha, 2009).
       Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin akan membantu mengurangi risiko terjadinya infeksi. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluannya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. (Ambarwati, 2010).
e.    Istirahat dan tidur
       Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut:
1)    Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2)    Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3)    Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a)    Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b)    Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c)    Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f.     Aktivitas seksual
       Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini:
1)    Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2)    Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g.    Latihan senam nifas
       Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas (Saleha, 2009).
6.    Komplikasi Masa Nifas
       Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a.    Infeksi nifas: Infeksi nifas adalah infeksi luka pada jalan lahir setelah melahirkan, yang kadang kala meluas, menyebabkan flebitis atau peritonitis (Reeder, 2011).
b.    Perdarahan dalam masa nifas
c.    Infeksi saluran kemih
d.    Patologi menyusui.
(Saleha, 2009).
7.    Konsep Dasar Perawatan Luka
1.    Definisi
       Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2012).
2.    Fase-fase Penyembuhan Luka
a.    Fase inflamasi, berlangsung selama 1-4 hari
b.    Fase proliferatif, berlangsung 5-20 hari
c.    Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau tahunan.
(Ismail, 2012)
3.    Perawatan Luka Perineum
Perawatan luka perineum menurut APN adalah sebagai berikut:
a.       Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
b.      Menghindari pemberian obat trandisional.
c.       Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.
d.      Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari.
e.       Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan penyembuhan luka.
4.    Penghambat Keberhasilan Penyembuhan Luka
a.    Malnutrisi
       Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas yang buruk.
b.    Merokok
       Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak penyembuhan luka, dan bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan.
c.    Kurang tidur
       Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan anabolisme (sintesis molekul kompleks dari molekul sederhana), dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme. Jarang kita temukan wanita baru melahirkan dapat menikmati waktu tidur sepenuhnya setiap malam. Oleh karena itu semua klien bidan tersebut berisiko mengalami hambatan penyembuhan luka.
d.    Stres
       Diduga bahwa ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistim imun sehingga menghambat penyembuhan luka.
e.    Kondisi medis dan terapi
       Berbagai kondisi medis dapat mempengaruhi kemampuan penyembuhan luka pada wanita. Tanggap imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti AIDS, ginjal, atau penyakit hepatik, atau obat seperti kortikosteroid dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliferatif untuk perbaikan luka.
f.     Asuhan kurang optimal
       Berbagai aktifitas yang dilakukan pemberi asuhan dapat menghambat penyembuhan luka yang efisien. Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar kembali di sekitar area, kapas, atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi, dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk.
(Boyle, 2008)
5.    Waktu Perawatan Perineum
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:
a.    Saat mandi
b.    Setelah buang air kecil
c.    Setelah buang air besar
6.    Dampak Perawatan Luka Perineum
       Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini:
a.    Infeksi
b.    Komplikasi
c.    Kematian ibu post partum
7.    Tujuan Perawatan Luka
a.    Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa
b.    Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
c.    Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
d.    Membersihkan luka dari benda asing atau debris
e.    Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
(Ismail, 2012).
8.    Konsep Dasar Luka Perineum
1.    Definisi
       Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.        Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Ismail, 2012).
       Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2007).
2.    Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu:
a.    Rupture
       Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
b.    Episiotomi
       Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.
       Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum. (Wiknjosastro, 2008).
       Tipe episiotomi yang sering dijumpai, yaitu: Episiotomi medial dan Episiotomi mediolateral
3.    Komplikasi Episiotomi
       Kurang dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi derajat empat memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi luka yang berhadapan menjadi kemerahan, seperti daging dan membengkak. Benang sering merobek jaringan edematosa sehingga tepi-tepi luka nekrotik menganga yang menyebabkan keluaarnya cairan serosa, serosanguinosa, atau jelas purulen. Lepasnya jahitan episiotomi paling sering berkaitan dengan infeksi.
(Leveno, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
  1. Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Asuhan Postnatal Care. www.masbied.com/search/pembagian-umur-menurut-masa-reproduksi diakses tanggal 04/06/2012, jam 5:57
  2. Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika
  3. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
  4. Boyle, Maureen. 2008. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC
  5. Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
  6. Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
  7. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta: EGC
  8. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
  9. Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  10. Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghhalia Indonesia
  11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
  12. Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
  13. Reeder, Sharon j. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga. Jakarta: EGC
  14. Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  15. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
  16. Saryono, Ari Setiawan. 2010. Metodologi Penelitian KEBIDANAN D-III, D-IV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika
  17. Wawan, A. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
  18. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo