Kamis, 30 Agustus 2012

Kolostrum “Antibodi Pertama”

 

Kolostrum dan Air Susu Ibu

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi selama beberapa bulan. ASI terdiri atas tiga tingkatan jenis susu, yaitu kolostrum, susu transisi (transitional milk), dan susu yang sudah matang (nature milk). Kolostrum diproduksi selama kehamilan dan berlanjut sampai beberapa hari saat awal menyusui. Kolostrum berwarna kuning ke arah orange, lengket, dan kental. Kolostrum memiliki komposisi rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein, serta mengandung immunoglobulin yang melindungi bayi. Immunoglobulin merupakan antibodi yang berasal dari ibu dan diberikan ke bayi melalui ASI. Immunoglobulin memberikan kekebalan tubuh pasif yang melindungi bayi dari berbagai penyakit yang disebabkan bakteri dan virus. Dua hingga empat hari setelah melahirkan, kolostrum akan digantikan oleh transitional milk.

Kolostrum sangat mudah untuk dicerna, sehingga menjadi makanan yang sangat baik untuk bayi. Jumlah (volume) kolostrum tidak banyak, namun mengandung zat gizi yang sangat baik untuk bayi. Manfaat lain dari kolostrum adalah efek laksatif yang membantu bayi untuk buang air besar pertama kali. Hal ini akan membantu bayi mengeluarkan bilirubin dari dalam tubuh dan mencegah nayi menjadi kuning.

Sangat dianjurkan bagi para ibu untuk memberikan kolostrum kepada bayinya. Saat ini terdapat teknik menyusui yang sangat dianjurkan yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Dengan melakukan IMD, ibu dapat memberikan kolostrum kepada bayinya. Inisiasi menyusu dini adalah teknik dimana bayi dibiarkan merangkak di dada ibunya untuk menyusu segera setelah dilahirkan.


Berikut ini adalah tata laksana IMD :



  • Dianjurkan suami atau kelaurga mendampingi ibu saat melahirkan

  • Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau mengurangi mempergunakan obat kimiawi

  • Keringkan bayi secepatnya, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan lemak putih (vernix)

  • bayi ditengkurapkan di perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. (keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi)

  • Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting

  • Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu sendiri

  • Biarkan kulit bayi bersentuhan denagn kulit ibu selama paling tidak satu jam walaupun proses menyusu awal sudah terjadi atau sampai selesai menyusu awal.

  • Tunda menimbang, mengukur, suntikan vitamin K dan menetes mata bayi sampai proses menyusu awal selesai

  • Ibu melahirkan dengan tindakan operasi : diberikan kesempatan kontak kulit

  • Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis rawat gabung  (ibu bayi dirawat dalam satu kamar dalam jangkauan ibu selama 24 jam)

  • Bila inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, bayi tetap diletakkan di dada ibu waktu dipindah di kamar perawatan. Usahakan menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu.

Kolostrum tidak hanya memberikan zat gizi yang sangat penting bagi bayi, namun juga sel-sel hidup dalam jumlah banyak yang melindungi bayi dari berbagai zat berbahaya. Konsentrasi faktor kekebalan tubuh lebih banyak terdapat dalam kolostrum dibandingkan pada mature milk. Kolostrum dapat bekerja sebagai vaksin. Selain itu, kolostrum juga mengandung konsentrasi leukosit dalam jumlah besar, sel darah putih yang melindungi tubuh dari penyakit yang disebabkan bakteri dan virus.

Dismenore


Dismenore (Nyeri Haid)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0kY8o9Zr9quUDVXFX_XXDMbC8csUbEkqgQvBl9WuMc814HGj2rSlKva4I0MbcS19-IpjQFI4DYnKNn8xPziMNg7OkeQ_P77Ni9u7rpGkcbuxFVM_hlIMiKmokC5RUGUAjg22M2IaAQ9U6/s1600/dismenore.jpg
Dismenore atau nyeri haid adalah perasaan nyeri pada saat haid yang biasanya dialami oleh remaja yang baru mengalami menstruasi pertama. Tetapi, tidak menutup kemungkinan dismenore atau nyeri haid juga di alami oleh perempuan dewasa.

Klasifikasi Dismenore (Nyeri haid)
  1. Dismenore Primer
Dismenore primer, (disebut juga Dismenore idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Misaroh, 2009).
Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Wijayanti, 2009).
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatuar yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Prawirohardjo, 2006).
Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi. Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Ramaiah, 2006).

Beberapa faktor peranan sebagai penyebab Dismenore primer, antara lain;
  1. Faktor kejiwaan --- Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul Dismenore.
  2. Faktor kostitusi --- Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas karena dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi timbulnya Dismenore.
  3. Faktor obstruksi kanalis servikalis --- Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya Dismenore primer adalah stenosis canalis servikalis.
  4. Faktor alergi --- Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara Dismenore dengan urtikaria, migrane atau asam bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid.
  1. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder, (disebut juga sebagai Dismenore ekstrinsik, acquired) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami Dismenore (Proverawati dkk, 2009).
Dismenore sekunder merupakan nyeri yang disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis uteri dan lain-lain (Prawirohardjo, 2006).
Dismenore sekunder biasanya didapati pada wanita berusia diatas 20 tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia kurang dari 20 tahun (Ramaiah, 2004).

Tanda dan Gejala Dismenore (Nyeri Haid)
Gejala Dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram dibagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing dan rasa kembung atau perut terasa penuh. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi Dismenore cukup tinggi dan lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari (Prawirohardjo, 2006).

Penanganan Dismenore (Nyeri Haid)
Beberapa pendapat tentang upaya penanganan untuk mengatasi Dismenore:
Upaya penanganan Dismenore :
1.      Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan perempuan bahwa keluhannya tidak membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu darah keluar dengan lancar.
2.      Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan golongan narkotik seperti Morfin dan Codein.
3.      Obat-obatan penghambat pengeluaran hormon Prostaglandin, seperti Aspirin, Endometasin, dan Asam Mefenamat
4.      Kompres dengan botol dingin (hangat tepat pada bagian yang terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian belakang).
5.      Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi.
6.      Menghindari minum-minuman yang beralkohol, kopi dan es krim.
7.      Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit.
8.      Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.
9.      Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.
10.  Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh minum analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.

5 Jenis Gangguan Menstruasi/Haid

                   1. Amenore

Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi (amenore sekunder).
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.

                   2. Sindrom Pramenstruasi (PMS)

Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai.
Beberapa gejala PMS yang sering dirasakan:
  • Payudara menjadi lembut dan bengkak
  • Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
  • Tidak tertarik seks (libido menurun)
  • Jerawat berkala
  • Perut kembung atau kram
  • Sakit kepala atau sakit persendian
  • Sulit tidur
  • Sulit buang air besar (BAB)

                   3. Dismenore

Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam.
Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga, kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit.
Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit tertentu.

                   4. Menoragia

Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia.
Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah.
Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.

                   5. Perdarahan Abnormal

Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:
  • Pendarahan di antara periode menstruasi
  • Pendarahan setelah berhubungan seks
  • Perdarahan setelah menopause
Perdarahan abnormal disebabkan  banyak hal. Dokter Anda mungkin memulai dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia Anda. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.
Baik pada remaja maupun wanita menjelang menopause, perubahan hormon dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur.

Kista Bartolini


Kista Bartolini

Pendahuluan
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang Kista Bartolini

Apa Kista Bartolini itu ?



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifDMecvhAd_9Ql6_69pPQqrh1eMASf0eIApdiomQcIGOYESuiMdaWfNLl_Qj6GCRxZCkpPvblyjoCLTEawrPZtdSqMioj6H_Dxe-Rf7Cwvml_koROzHbDTBwHxBQ_-o1G9AGAs0_nhjtNx/s320/barthab150_small%5B1%5D.jpg

http://dokter-herbal.com/wp-content/uploads/2010/09/kistabartolini2.jpg

Kira-kira sepertiga bagian bawah vagina, dibalik bibir kemaluan, disebelah kiri dan kanan, terdapat suatu kelenjar yang namanya kelenjar Bartolini (Bartholini`s glands). Kelenjar ini fungsinya menghasilkan cairan untuk membasahi vagina terutama pada waktu bersanggama.

Apabila kelenjar ini terinfeksi (salah satu atau kedua duanya),salurannya dapat tersumbat karena melengket akibatnya cairan yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut akan menumpuk didalam rongganya. Sedikit sedikit menjadi bukit,berlaku juga pada kelenjar ini. Kelenjar menjadi besar,dan teraba menonjol sebagai kista.

Pengertian tumor dan kista :Tumor (lihat Miom) terbagi menjadi 3 jenis,yaitu :

1. Tumor padat (solid) misalnya miom.

2.Tumor kistik (berisi cairan) misalnya kista Bartolini.

3.Tumor campur (mixed tumor) memiliki isi sebagian padat dan cair.

Kista Bartolini merupakan tumor kistik jinak. Ditimbulkan akibat saluran kista Bartolini yang mengalami sumbatan. Sumbatan biasanya disebabkan oleh infeksi.Kuman yang sering menginfeksi kelenjar Bartolini adalah Neisseria gonorrhoeae.

    Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda.
 tenang saja Kista bartolini ini tidak menular secara seksual.

Pada laki-laki. kuman ini menyebabkan penyakit kelamin yang disebut kencing nanah atau gonore,tidak sama dengan sipilis.

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.

B. ETIOLOGI
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.

ETIOLOGI INFEKSI
a. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
b. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises.
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli

C. PATOFISIOLOGI
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan menimbulkan keluhan.

D. TANDA dan GEJALA
Tanda dan gejala
 Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke rumah sakit dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin. Terdapat abses pada daerah kelamin.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.

E. PENGOBATAN
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Vullva
In speculo

G. PENATALAKSANAAN
TATALAKSANA INFEKSI ALAT KELAMIN WANITA
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang tersedia.
1. GONORE (GO)
Anamnese :
a. 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita tidak ada gejala atau keluhan.
b. Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh penderita.
c. Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal, kemerahan atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh, mukopurulen atau purulen. Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo ovarii bahkan pelvik peritonitis. Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit.
Kriteria Minimal :
1) Riwayat kontak (+).
2) Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus intraseluler lekosit gram negatif.
Terapi :
1) Penisilin Prokain : 4,8 juta IU IM (skin test dulu), 2 hari berturut turut, atau
2) Kanamisin : 2 gram IM dosis tunggal, atau
3) Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal (lebih poten bila ditambahkan Probenesid 1 gram), atau
4) .Tetrasiklin cap: 4 X 500 mg selama 5 hari, atau
dosis awal 1.500 mg, dilanjutkan 4 X 500 mg selama 4 hari, atau
5) Kotrimoksasol tablet 480 : 1 X 4 tablet selama 5 hari
6) Bila ada komplikasi : Amoksisilin atau Ampisilin : 3,5 gram oral dosis tunggal diteruskan 4 X 500 mg selama 10 hari.
7) Pengamatan dan pemberian ulang dilakukan pada hari ke 3, 7 dan 14, sesudah itu setiap bulan selama 3 bulan.

Catatan :
Terapi sebaiknya diberikan juga kepada patner sex penderita (suami) secara bersamaan. Selama masa terapi sebaiknya kegiatan sex dihentikan.

2. URETRITIS NON GONORE
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil (terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO) Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan suprapubis.
Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
Kriteria Minimal :
1) Riwayat kontak (+).
2) Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-)
Urin : berawan atau threads (+).
Penatalaksanaan :
1) Tetrasiklin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari atau
2) Erytromisin : 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari.
3) Pada kasus persisten lama pengobatan 21 hari.

3. TRIKOMONIASIS
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga sering dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis.

Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak dan berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik-bintik merah (punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
Kriteria Minimal :
1) Fluor albus : cair, banyak, warna kuning atau putih kehijauan.
2) Punctatae red spots (+)
3) Laboratorium : Puskesmas ?
Penatalaksanaan :
1) Metronidasol : 1 X 2.000 mg, sebagai dosis tunggal.


4. KANDIDIASIS
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukanaktivitas sexual. Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang tidak terkontrol serta kegemukan.
Pemeriksaan : Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau erosi (Vulvovaginitis).
In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha
atau spora.
Kriteria Minimal :
1) Vuvovaginitis.
2) Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio.
Penatalaksanaan :
1) Topikal : Nistatin vaginal tablet : 1 X 1, selama 7 hari, dan
2) Nistatin tablet : 4 X 1 tablet, selama 14 hari.


H. PENCEGAHAN
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya hidup bersih dan sehat :
1. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup subur di daerah tersebut.
2. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
3. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan dapat dialami semua perempuan.
4. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang yang menggunakannya sebelum Anda.
5. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh dari depan ke belakang.
6. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
7. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
8. Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya.
9. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.